Site icon Ari Usman Chaniago

HAKIKAT DARI YANG TAMPAK

Hakikat yang tampak

HAKIKAT DARI YANG TAMPAK
(Penulis: Ust Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc)


Hari-hari ini..
Kita ditampakkan oleh Allah, sebuah realita yang mengusik ketenangan hati.
Yang kemarin kita kira berbeda.. tampaknya kini terlihat sama.
Yang kemarin kita kira punya prinsip.. tampaknya kini tidak punya prinsip.
Yang tampak itu.. kemudian kita simpulkan, akhirnya semua sama saja.
Kita anggap mereka telah berubah karena tawaran duniawi.
Kita anggap mereka takut nggak kebagian.
Takut nggak dapat jatah.
Takut nggak makmur.
Takut tidak sejahtera.
Kita anggap rasa takut tidak mendapatkan dunia telah merasuk ke dalam hati mereka.
maka kita bawakan ayat ini bagi mereka-mereka tersebut sebagai nasihat.
اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِا لْفَحْشَآءِ وَا ه للُّٰ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًً وَ ا ه للُّٰ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Alloh menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Dahulu, seorang tabi’in, Hasan al-Basri ketika melewati sebuah sungai, ia melihat pemandangan yang mengusik ketenangan hatinya.
Ada seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan, dimana didekat pemuda tadi tampak sebotol arak.
Kemudian terbersit di dalam hati Hasan Al Basri, “Alangkah buruknya akhlak orang itu dan alangkah baiknya andai dia seperti aku!”
Kemudian Hasan Al Basri juga melihat ada sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang tampak duduk dengan seorang perempuan di tepi sungai tadi segera terjun ke dalam sungai.
Tak lama kemudian ia kembali ke permukaan dengan memegang seorang penumpang yang terlihat lemas ke tepi sungai. Kemudian ia melompat kembali ke dalam sungai, hingga ia pun bisa menyelamatkan 6 dari 7 penumpang.
Pemuda itu terlihat kelelahan, dan tiba-tiba ia menyadari kehadiran Hasan Al Basri, seraya berkata “Tuan, jika anda memang lebih mulia daripada saya, demi Allah, selamatkan lah seorang lagi yang belum sempat saya tolong”

tersentak, lalu berkata, “Saudaraku, sebagaimana engkau telah menyelamatkan 6 orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.”
Sang pemuda kemudian mengangkat tangannya seraya berdoa, “Semoga Allah mengabulkan permohonan Tuan.”
Ya Rabb..
Siapa kita yang berhak menghakimi mereka dari apa yang tampak?
Siapa kita yang menyimpulkan mereka telah dirasuki dunia yang tidak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk?
Siapa kita bisa berkata..
“mereka telah berubah karena takut ga dapat jatah, ga kebagian, ga makmur, ga sejahtera… mereka hanyalah orang bertopeng yang takut miskin..”
Apakah kita mengenal dengan baik satu saja diantara mereka yang kita sasarkan dugaan diatas?
Kalau lah kita tidak mengenal satupun diantara mereka, adilkah jika kita melabeli mereka dengan segala label yang menghinakan?
Apalagi sampai terucap, terketik, tersiar, sehingga banyak yang ikut membenarkan..
Apa yang tampak seringkali tidak seperti yang terlihat. Apa yang terlihat berbeda, boleh jadi sejatinya masih sama..
Yang berbeda adalah prasangka kita, karena kita hanya melihat dari sisi yang lain, sisi yang diinginkan oleh media..
dan tahukah, siapa mereka yang menguasai media kita saat ini?
Tuan dan Puan yang shalih shalihah, mari terus belajar, belajar menjaga prasangka baik kita kepada saudara-saudara kita, menjaga lisan dan jari kita dari apa-apa yang mungkin akan kita sesali di yaumil akhir nanti.
Doakan lah agar Allah karuniakan petunjuk dan penjagaan untuk saudara-saudara kita yang sedang berjuang di jalurnya masing-masing, aamiin.

semoga bisa memberi pencerahan untuk kita semua

Exit mobile version