Ari Usman Chaniago
Berbagi itu Indah
Berprofesi sebagai dosen tidak hanya mempunyai kewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Tetapi dosen juga mempunyai kewajiban menulis buku referensi dan menghasilkan karya ilmiah lainnya. Oleh karena itu, yang tak kalah penting untuk diketahui dosen adalah mengenal ciri-ciri buku referensi yang baik sebelum memulai menulis buku referensi.
Dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, telah memberikan pengalaman yang berharga bagi para dosen untuk menulis buku referensi yang baik dan bermutu. Penguasaan materi perkuliahan merupakan bekal berharga sebagai upaya untuk memulai penulisan buku referensi.
Dewasa ini, hampir setiap peserta didik cenederung mengalami kesulitan untuk mendapatkan buku referensi yang bermutu. Selain harga yang mahal, buku referensi terkadang tidak ditemukan mudah di perpustakaan. Bahkan sulit diperoleh di toko-toko buku.
Ketika dikaitkan dengan pergeseran paradigma pembelajaran dari teacher centered learning menuju student centered learning, maka peran buku referensi justru memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan efektifitas pembelajaran.
Bahkan kemajuan teknologi informasi pun belum mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa akan buku referensi yang baik dan bermutu. Upaya browsing dan download buku referensi secara online di internet pun tidak bisa menjamin mahasiswa menemukan buku referensi yang bermutu. Ketika mahasiswa berhasil memperolehnya ia harus membayar dengan harga yang mahal.
Padahal, peran buku referensi dapat membantu dan mempermudah mahasiswa memahami materi perkuliahan. Karena buku referensi tak hanya berfungsi sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pedoman dan arahan bagi mahasiswa dalam menguasai esensi dari materi perkuliahan.
Di samping buku ajar, pembelajar di Perguruan Tinggi sering kali menggunakan buku referensi. Buku referensi banyak digunakan oleh mahasiswa (pembaca) sebagai bahan kajian untuk perkuliahan, dan juga digunakan sebagai rujukan dalam penelitian.
Buku referensi ditulis dengan mengikuti alur dan struktur logika bidang keilmuan (scientific oriented). Isi buku disusun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen bersangkutan atau hasil penelitian orang lain yang relevan dengan bidang keilmuan tertentu. anatominya adalah anatomi buku, bukan anatomi laporan penelitian.
Buku referensi jika digunakan dalam kegiatan pembelajaran, masih diperlukan pendampingan dan penjelasan-penjelasan dari dosen. Karena memang struktur dan isinya tidak dirancang untuk kegiatan belajar secara mandiri, lain halnya dengan buku ajar.
Bahasa buku referensi sangat formal, isinya mengandung banyak pemikiran atau konsep dasar bidang ilmu, dan bisa jadi merupakan hasil penelitian terkini.
Posisi buku referensi dalam kegiatan pembelajaran lebih digunakan sebagai rujukan untuk menyadarkan sebuah argument, menggali pengertian baru, membandingkan sebuah konsep, dan sumber rujukan dalam penyusunan buku ajar.
Buku referensi digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian dalam rangka tugas akhir bagi mahasiswa program S1 dan D3, menulis skripsi atau thesis bagi program S2, dan menulis disertasi bagi mahasiswa S3.
Bagi dosen yang berhasil menulis buku dengan bentuk kategori buku referensi, akan diberi penghargaan dalam bentuk nilai kredit yang lebih besar, yaitu maksimal 40 poin dan menulis buku referensi termasuk kelompok penelitian (B).
Ilustrasi buku referensi. (Sumber gambar: ruby-press.com)
Kepmen Diknas No: 36/D/O/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen: “Buku referensi adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya pada satu bidang ilmu.”
Selain yang tertulis dalam Kepmen di atas, buku referensi haruslah disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian dan diterbitkan serta memiliki nomor ISBN. Penerbitannya dilakukan oleh penerbit yang kredibel, lalu disebarluaskan ke masyarakat pembaca, sehingga siapa pun dapat membelinya secara bebas di pasaran.
Namun, perlu diingat bahwa penerbit sangat ketat dalam memilah dan memilih buku referensi untuk disebar luaskan ke pasar melalui distributor dan toko buku. Kenapa? Karena dari sudut pandang penerbit, buku yang layak dipasarkan bukan hanya memiliki isi materi yang berkualitas, namun juga memiliki potensi pasar yang jelas. Sehingga buku itu pada saat dipajang di toko buku dapat laku terjual.
Jika buku referensi terslalu spesifik keilmuannya, ada cara lain dalam proses penjualan, yaitu dengan menggunakan promosi dan penjualan online. Serta membentu sales agen-sales agen khusus di kampus-kampus relasi penulis untuk menjualnya secara langsung. Dan berikut ini duniadosen.com memberikan informasi tentang ciri-ciri buku referensi yang baik yang harus kalangan akademisi tahu.